BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perubahan adalah sebuah keniscayaan,
akan tetapi agar tercapai perubahan sebagaimana yang diinginkan maka diperlukan
manajemen perubahan. Manajemen perubahan tersebut, baik dalam hal mensikapi dan
mengelola resistensi, bagaimana dan strategi melakukan perubahan yang efektif.
Sejatinya perubahan yang dilakukan adalah dari suatu kondisi yang ada menuju
kondisi yang diinginkan atau yang lebih baik. Oleh karenanya seorang manajer
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perubahan dalam
organisasinya.
Perubahan
organisasi dan pengembangan organisasi yang efektif menghendaki keterlibatan
aktif para manajer. Mereka harus menyusun tujuan, memilih metode untuk mencapai
tujuan itu, dan menerapkan metode. Para manajer dapat menerapkan tujuan dalam
kaitannya dengan upaya peningkatan produksi, efisiensi, kepuasan, adaptivitas,
dan pengembangan, secara terpisah atau dengan kombinasi tertentu. Para manajer
dapat menerapkan satu atau lebih metode pengembangan organisasi yang bergantung
pada tujuan tersebut.
Semua metode
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, pendukung
dan penentang masing-masing. Pengembangan organisasi merupakan proses yang
rumit dan berorientasi pada manusia. Konsekuensinya, kontroversi yang timbul
menyebar dalam penerapannya.
B.
Rumusa
Masalah
1.
Apa pengertian perubahan terencana ?
2.
Bagaimana proses atau tahap
perubahan terencana itu?
3.
Apa kekuatan- kekuatan yang
mendorong perubahan?
4.
Apa faktor- faktor yang mendorong
perubahan?
5.
Apa pendekatan- pendekaatan dalam mengelola
perubahan?
6.
Apa sasaran perubahan organisasi?
7.
Apa yang menyebabkan penolakan
terhadap perubahan?
8.
Bagaimana cara mengatasi penolakan
terhadap perubahan?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian perubahan
terencana.
2.
Mengetahui proses perubahan terencana.
3.
Mengetahui kekuatan- kekuatan yang
mendorong perubahan.
4.
Mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi perubahan.
5.
Mengetahui pendekatan- pendekatan
dalam mengelola perubahan.
6.
Mengetahui sasaran perubahan
organisasi.
7.
Mengetahui penyebab penolakan
terhadap perubahan.
8.
Mengetahui cara mengatasi penolakan
terhadap perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perubahan Terencana
Perubahan
terencana merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin,
untuk membedakan perubahan yang disengaja digerakkan dan direncanakan
organisasi dengan perubahan yang berlangsung tidak disengaja.
Menurut Greenberg dan Baron (1997), terdapat beberapa faktor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan. Mereka memisahkan antara perubahan terencana dan perubahan tidak terencana. Mereka mendefiniskan:
Menurut Greenberg dan Baron (1997), terdapat beberapa faktor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan. Mereka memisahkan antara perubahan terencana dan perubahan tidak terencana. Mereka mendefiniskan:
1.
Perubahan terencana adalah aktivitas
yang dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat dan desainnya untuk memenuhi tujuan
organisasi.
2.
Perubahan tidak terencana merupakan
pergeseran dalam aktivitas organisasi karena adanya kekuatan yang sifatnya
eksternal, di luar kontrol organisasi.
3.
Menurut Mardikanto (2010) menyatakan
bahwa perubahan terencana, pada hakekatnya merupakan suatu proses yang dinamis,
yang direncanakan oleh seseorang (secara individual atau yang tergabung dalam
suatu lembaga-lembaga sosial). Artinya, perubahan tersebut memang menuntut
dinamika masyarakat untuk mengantisipasi keadaan-keadaan di masa mendatang
(yang diduga akan mengalami perubahan) melalui pengumpulan data (baik yang aktual
maupun yang potensial) dan menganalisisnya, untuk kemudian merancang suatu
tujuan-tujuan dan cara mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan di masa
mendatang.
B.
Proses atau
Tahapan Perubahan Terencana
Rosyid (2009) menyatakan, tahap perubahan dan proses
perubahan terencana yang menyertai sebagai berikut:
1.
Fase
eskploratif, yaitu organisasi menimbang dan memutuskan membuat
perubahan spesifik dalam operasinya dan mengolakasikan sumberdaya- sumberdaya
untuk merencanakan perubahan dalam membantu pemecahan perubahan. Tahap ini
merupakan tahap dalam menumbukan kesadaran akan perlunya perubahan.
2.
Fase
perencanaan, yaitu proses perubahan yang terkait adalah
mengumpulkan informasi agar dapat ditetapkan diagnosa masalah secara tepat,
tujuan perubahan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
3.
Fase
tindakan, yaitu tahap ini organisasi mengimplementasikan
perubahan hasil perencanaan. Proses perubahan dirancang untuk menggerakkan
organisasi dari keadaan sekarang menuju ke masa depan.
4.
Fase
integrasi, tahap ini segera dimulai begitu perubahan telah
sukses diimplementasikan. Proses perubahan meliputi konsolidasi dan stabilisasi
perubahan guna menguatkan perilaku baru, serta memonitor perubahan dan
upaya-upaya perbaikan.
Menurut Mardikanto (2010) perubahan terencana selalu
menuntut adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan yang direncakanan, dan
evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
C.
Kekuatan
–kekuatan yang Mendorong Perubahan
Perubahan
organisasi/ organizational change mengacu
pada perubahan yang tidak terencana maupun perubahan terencana dalam struktur
organisasi, teknologi dan orang-orang. Sebagian organisasi menganggap perubahan
sebagai kejadian yang kebetulan. Perubahan terencana mengacu pada
aktivitas-aktivitas perubahan yang disengaja dan terarah pada tujuan tertentu.
Tujuan perubahan terencana, yaitu meningkatkan kemampuan organisasi dalam
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan mengubah perilaku
karyawan.
Dewasa ini,
pemimpin organisasi tidak hanya dituntut untuk luwes dan mampu beradaptasi
dengan perubahan lingkungan yang begitu cepat, tetapi juga mampu untuk
mengantisipasi berbagai bentuk perubahan serta secara proaktif menyusun program
perubahan yang diperlukan. Organisasi berhadapan dengan banyak kekuatan yang
mendorong perlunya perubahan. Kekuatan-kekuatan untuk melakukan perubahan dapat
berasal dari dua sumber, yakni sumber internal dan sumber eksternal (Kreitner
dan Kinicki, 2005).
1.
Kekuatan internal. Kekuatan ini berasal dari dalam organisasi. kekuatan-kekuatan internal untuk melakukan
perubahan dapat berasal dari masalah sumber daya manusia dan perilaku/
keputusan manajerial. Masalah-masalah sumber daya manusia meliputi kebutuhan
karyawan yang tidak terpenuhi, ketidakpuasan kerja, absensi, dan perputaran
karyawan yang tinggi, rendahnya produktivitas, serta partisipasi/ saran.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku atau keputusan manajerial
mencakup munculnya konflik, kepemimpinan, sistem penghargaan, dan reorganisasi
struktural.
2.
Kekuatan
eksternal. Kekuatan eksternal berasal dari
luar organisasi. Kekuatan eksternal yang memiliki pengaruh untuk melakukan
perubahan meliputi:
a.
Karakteristik
demografi, antara lain perubahan tenaga kerja yang lebih beragam dan adanya
kepentingan bisnis untuk mengelola keragaman secara efektif.
b.
Kemajuan
teknologi, yaitu adanya pengembangan dan penggunaan teknologi informasi
merupakan salah satu faktor yang mendorong perubahan pada berbagai organisasi
diseluruh dunia.
c.
Perubahan
pasar, yaitu munculnya perubahan ekonomi global menuntut setiap perusahaan
untuk mengubah strategi bisnis mereka.
d.
Tekanan
sosial dan politik, yaitu tekanan-tekanan yang diciptakan oleh peristiwa sosial
dan politik.
D.
Faktor-
faktor yang Mendorong Perubahan
Menurut berbagai literatur, terdapat
berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam organisasi. Dari berbagai
sumber, berikut ini rangkuman faktor-faktor penyebab perubahan yang lazim
diidentifikasi dalam berbagai kajian.
Pertama, teknologi.
Perkembangan teknologi sering menjadi penyebab penting untuk melakukan
perubahan. Hal ini karena teknologi beru selalu lebih canggih dari teknologi
lama.
Kedua, sumber
daya manusia. Kualitas SDM terus berkembang karena kurikulum di lembaga lembaga
pendidikan terus berubah. Tingkat pendidikan sumberdaya manusia terus
meningkat. Pengetahuan dan keterampilan karyawan sebagai dampak dari pengalaman
kerja dan pelatihan terus berkembang. Dengan demikian pola pikir SDM terus
berubah. Keanekaragaman latar belakang tenaga kerja terus berkembang, masing
masing membawa budaya yang berbeda. Ini semua membawa perubahan dalam
organisasi.
Ketiga ekonomi.
Keadaan ekonomi suatu negara berpengaruh terhadap terjadinya perubahan dalam
organisasi di negara tersebut. Krisis moneter menimbulkan perubahan dalam organisasi.
Banyak perusahaan mengurang tenaga kerja, tingkat pengangguran tinggi. Jika
ekonomi suatu negara baik akan semakin sulit mendapat tenaga kerja dari dalam
negeri, akan terjadi kelangkaan tenaga kerja, tenaga kerja harus diimpor dari
negara lain. Sebagai contoh malaysia. Sekitar tiga juta orang tenaga kerja
malaysia berasal dari luar Malaysia. Peraturan tenaga kerja tentang malaysia
terus berubah. Perlakuan terhadap tenaga kerja yang di impor diatur tersendiri.
(dikenal dengan migrant worker).
Keempat,
persaingan. Dalam era globalisasi ini, persaingan tidak hanya datang dari dalam
negeri, melainkan juga dari luar negeri. Esensi persaingan adalah perebutan
‘pasar’. Dengan adanya persaingan, terjadi perubahan perilaku pelanggan yang
menyebabkan perusahaan melakukan perubahan untuk merebut hati pelanggan agar
pelanggan tidak pindah ke perusahaan lain dan sekaligus dapat menarik pelanggan
pesaing. Ini berlaku pula didunia pendidikan Tinggi, persaingan antara
perguruan tinggi di dalam negeri semakin ketat dengan makin banyaknya perguruan
tinggi baru yang muncul, tetapi disisi lain diperlukan perubahan yang konsisten
dalam hal mutu pengelolaan pendidikan tinggi tersebut agar tidak kalah bersaing
dengan perguruan tinggi lain dan dapat survive.
Kelima, regulasi.
Peraturan daerah, nasional, maupun internasional terus berubah. Organisasi
harus terus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan regulasi yang
berlaku.sebagai contoh dalam bidang pendidikan UU BHP yang sempat diberlakukan
pada tahun 2009 menyebabkan seluruh perguruan tinggi di indonesia melakukan
perubahan dalam rencana strategisnya, dengan mengakomodasi poin poin yang
strategis bagi kelangsungan perguruan tinggi tersebut. Keenam adalah politik.
Sebagai dampak dari faktor faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut , perubahan dalam organisasi dapat dapat
dikelompokan menjadi beberapa opsi. Robbins dalam Organizationa Behavior:
Concepts,Controversies, Applications (2004), misalnya mengelompokan opsi
perubahan menjadi empat yaitu: struktur (baik struktur organisasi, kebijakan,
maupun komposisi orang), teknologi, Physical setting (lay out),
dan orang. Dari empat opsi ini, yang paling sukar diubah adalah orang, hal ini
karena yang diubah adalah pola pikir orang, bukan memecat semua orang dan
mengganti dengan yang baru.
Oleh sebab itu permasalahan yang
terjadi adalah orang (tenaga kerja) sering enggan untuk mengubah perilaku
mereka. Keengganan untuk berubah muncul karena mereka merasa nyaman dengan cara
kerja yang ada. Dalam manajemen perubahan, keengganan untuk berubah atau
penolakan terhadap perubahan dikenal dengan resistensi.
E.
Pendekatan-
pendekatan dalam Mengelola Perubahan
Perubahan
dalam organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa pendekatan
dapat digunakan oleh pimpinan organisasi untuk mengelola perubahan yang
terencana. Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk mengelola perubahan
terdiri dari:
1.
Mengelola perubahan melalui penggunaan kekuasaan.
Dalam pendekatan ini pimpinan atau manajer organisasi dapat menggunakan
kekuasaannya untuk memaksa anggota organisasi melakukan perubahan. Melalui
kekuasaan tersebut, para manajer dapat
menggunakan pengaruh mereka yang begitu besar dalam suatu organisasi.
2.
Mengelola
perubahan melalui alasan. Penggunaan alasan untuk melakukan perubahan
didasarkan pada penyebaran informasi sebelum perubahan didasarkan pada
penyebaran informasi sebelum perubahan yang diinginkan dilakukan. Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa alasan akan menang dan individu-individu atau kelompok
akan membuat pilihan yang rasional untuk melakukan perubahan.
3.
Mengelola
perubahan melalui pendidikan kembali. Secara tidak langsung, pendidikan kembali
dapat diartikan sebagai suatu sekumpulan kegiatan yang mengakui bahwa bukan
kekuasaan dan bukan pula alasan yang dapat menghasilkan perubahan. Sekumpulan
kegiatan ini merupakan esensi dari pengembangan organisasi. secara tidak
langsung, pengembangan organisasi dapat diartikan sebagai strategi pendidikan
kembali, yang normatif, dengan maksud untuk memberikan dampak pada keyakinan,
nilai dan sikap di dalam organisasi, sehingga dapat beradaptasi secara lebih
baik terhadap percepatan perubahan teknologi, lingkungan industri, dan
masyarakat secara umum.
Selain
pendapat di atas, ada juga pendapat lain mengenai pengelolaan perubahan.
1. Proses perubahan reaktif. Manajemen bereaksi atas
tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi
sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila
peraturan baru dari pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai
perlindungan terhadap kebakaran, maka manajer mungkin akan membeli alat pemadam
kebakaran.
2. Program perubahan yang direncanakan (planned change), disebut
sebagai proses proaktif. Manajemen melakukan
berbagai investasi waktu dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk menguibah
cara-cara operasi organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan
sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau
tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian
secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila
keseluruhan organissi, atau sebagian besar satuan organisasi, harus menyiapkan
diri untuk atau menyesuaikan dengan perubahan.
Di dalam
proses perubahan, terdapat seorang atau individu yang bertanggung jawab atas
peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent” (pengantar perubahan). Sedangkan
individu atau kelompok yang merupakan sasaran perubahan disebut “sistem klien”.
Pengantar perubahan ini dapat berasal dari para anggota organisasi atau dapat
sebagai konsultan dari luar organisasi.
Leavitt (1964),
menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pendekatan struktur, pendekatan
teknologi, dan pendekatan orang-orangnya. Pendekatan struktur adalah yang
menyangkut aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi yang misalnya:
desentralisasi, tanggung jawab jabatan, garis wewenang yang tepat, penciptaan
pembagian kerja dan lain-lain. Pendekatan teknologi berkaitan
dengan diubahnya teknik-teknik yang dipakai denga teknologi baru, perubahan ini dapat membawa konsekuesi pula pada perubahan struktur
organisasi (menjadi pendekatan tekno-struktur). Bila pendekatan struktural dan
teknik bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja organisasi melalui pengubahan
situasi kerja yang tepat, maka pendekatan-pendekatan orang dimaksudkan untuk
mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan dan ketrampilan,
sikap, persepsi dan pengharapan mereka sehingga diharapkan akan melaksanakan
tugas dengan lebih efektif. (Handoko, 1991).
F.
Sasaran
Perubahan Organisasi
Sasaran
utama perubahan dalam organisasi terdiri dari perubahan sikap dan keterampilan
kerja, perubahan peran kerja, teknologi dan strategi kompetitif.
1.
Perubahan
sikap dan keterampilan kerja. Pendekatan yang fokus pada sikap melibatkan
perubahan sikap dan nilai-nilai dengan daya tarik persuasif, program pelatihan,
pembentukan team, dan program perubahan budaya. Pendekatan pada perubahan
keterampilan teknis atau antar pribadi
dapat dilakukan dengan program pelatihan. Melalui perubahan sikap dan
keterampilan teknis atau antar pribadi dapat dilakukan dengan program
pelatihan. Melalui perubahan sikap dan keterampilan ini, diharapkan akan terjadi
perubahan perilaku dengan cara yang lebih menguntungkan dan individu yang
berubah tersebut dapat menjadi agen, serta memindahkan visi kepada individu
lain di dalam organisasi.
2.
Perubahan
peran kerja. Pendekatan pada perubahan peran kerja dapat dilakukan antara lain
dengan cara merancang kembali pekerjaan karyawan dengan aktivitas dan tanggung
jawab berbeda, reorganisasi arus kerja, memodifikasi hubungan otoritas,
mengubah kriteria dan prosedur evaluasi kerja serta mengubah sistem
penghargaan. Melalui perubahan peran kerja ini diharapkan individu akan
mengubah cara bertindak dan sikap mereka sesuai dengan cara baru, serta
berperilaku lebih efektif sesuai dengan tuntutan peran baru, yang dikuatkan
dengan sistem evaluasi dan penghargaan.
3.
Teknologi. Pendekatan
ini dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan peralatan baru dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, merancang kembali fasilitas fisik, serta sistem
informasi dan pendukung keputusan baru.
4.
Strategi kompetitif. Perubahan strategi ini biasanya
menuntut perubahan secara konsisten terhadap individu-individu, peran kerja dan
teknologi. Pendekatan yang fokus pada perubahan strategi ini misalnya
perusahaan meluncurkan produk baru, memasuki pasar baru, pemasaran melalui
internet, membentuk joint venture dan memodifikasi kerjasama dengan pemasok.
G.
Penolakan
Terhadap Perubahan
Temuan salah
satu pakar perilaku organisasi menyatakan bahwa organisasi dan para anggotanya
cenderung menolak perubahan. Penolakan terhadap perubahan ini tidak selamanya
bersifat merugikan, tetapi juga menguntungkan. Keuntungan dari penolakan
terhadap perubahan antara lain stabilitas organisasi terjamin sehingga perilaku
anggota organisasi lebih mudah diramalkan dan diarahkan, sedangkan kerugiannya
adalah organisasi tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan eksternal yang
selalu dinamis. Penolakan terhadap perubahan dapat bersifat terbuka, dapat
bersifat implisit, dapat tampak dengan segera dan dapat pula tidak tampak.
Penolakan
terhadap perubahan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penolakan individu dan
penolakan organisasi. individu menolak karena:
1.
Takut
kehilangan posisi, status, kekuasaan, kewenangan, dan kualitas hidup.
2.
Ancaman
ekonomi, yaitu hilangnya pendapatan dan pekerjaan.
3.
Ancaman
terjadinya perubahan hubungan pertemanan, interaksi dan rutinitas.
4.
Ketakutan terhadap ketidaktahuan yang didatangkan oleh
perusahaan. Ketidakmampuan meramalkan secara pasti mengenai desain organisasi,
manajer, atau sistem kompensasi yang baru dapat menimbulkan penolakan alamiah.
5.
Gagal untuk
mengakui atau diinformasikan mengenai kebutuhan untyk berubah
6.
Disonansi
kognitif atau ketidaksesuaian muncul karena individu dihadapakan dengan orang,
proses, sistem, teknologi atau pengharapan baru.
7.
Individu takut karena mereka kurang kompeten untuk
berubah.
8.
Pada tingkat
organisasi, sumber-sumber penolakan biasanya terletak di dalam susunan
struktural organisasi itu sendiri. Penolakan pada tingkat organisasi umumnya
karena faktor-faktor berikut:
a.
Inersia
struktural. Organisasi biasanya memiliki mekanisme tertentu seperti proses
seleksi dan aturan-aturan formal untuk menciptakan stabilitas. Ketika
organisasi dihadapkan pada suatu perubahan, maka inersia struktural ini
bertindak sebagai kekuatan untuk menjaga keseimbangan yang mencoba
mempertahankan stabilitas.
b.
Fokus
perubahan yang terbatas. Organisasi terdiri dari sub sistem-sub sistem yang
saling tergantung satu sama lain. Satu sub tidak mungkin diubah tanpa
memperngaruhi yang lain. Ketika perubahan hanya terbatas pada beberapa sub
sistem saja, maka cenderung diingkari oleh sistem yang lebih besar.
c.
Inersia
kelompok. Ketika individu-individu ingin mengubah perilaku mereka, norma-norma
kelompok sering menjadi penghambat.
d.
Ancaman
terhadap keahlian. Perubahan yang terjadi dalam organisasi sering mengancam
posisi istimewa suatu kelompok yang memiliki keahlian tertentu.
e.
Ancaman
terhadap relasi kekuasaan yang sudah mapan. Setiap redistribusi wewenang
pengambilan keputusan sering mengancam relasi kekuasaan yang sudah lama ada
didalam organisasi.
f.
Ancaman
terhadap alokasi sumber daya. Kelompok-kelompok dalam suatu organisasi yang
memiliki kendali atau wewenang untuk mengalokasikan sumber daya dalam proporsi
yang lebih sering menganggap perubahan sebagai suatu ancaman sehingga mereka
cenderung melakukan penolakan.
H.
Mengatasi Penolakan
Terhadap Perubahan.
Ada suatu anggapan bahwa individu
cenderung menolak perubahan jika perubahan tersebut tidak menguntungkan bagi
dirinya. Mereka lebih suka situasi aman yang lebih menguntungkan dirinya.
Individu menolak perubahan dikarenakan berbagai faktor. Oleh sebab itu
kecenderungan menolak perubahan ini perlu dikurangi atau dihilangkan. Ada
sejumlah strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi penolakan terhadap
perubahan, yaitu:
1.
Pendidikan dan komunikasi. Pendidikan
merupakan penyebaran pengetahuan kepada para anggota organisasi. pendidikan dan
pelatihan merupakan strategi paling dasar untuk mengatasi penolakan terhadap
perubahan. Apabila penolakan terhadap perubahan itu terjadi karena lemahnya
komunikasi dan kesalahan informasi, maka perlu dikembangkan strategi komunikasi
yang efektif kepada seluruh anggota organisasi, sehingga mereka dapat memahami
perlunya perubahan.
2.
Partisipasi dan keterlibatan.
Strategi ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota
organisasi untuk terlibat sejak awal dalam proses perencanaan perubahan,
khususnya kepada individu yang berpotensi menolak perubahan. Asumsi dari
strategi ini adalah bahwa para anggota organisasi memiliki keahlian yang diperlukan untuk
memberikan kontribusi kepada proses perubahan organisasi dan bertindak secara
jujur.
3.
Dukungan dan kemudahan. Pemberian
berbagai jenis keterampilan yang bersifat mempermudah dan mendukung proses
perubahan merupakan strategi lain untuk mengurangi penolakan perubahan.
Strategi ini tepat jika penolakan perubahan disebabkan oleh rasa ketakutan dan
kekawatiran. Penolakan terhadap perubahan dapat dicegah dengan memberikan
dukungan dan bantuan, melalui program-program bimbingan, pemberian waktu
setelah periode sulit, dan dukungan emosional.
4.
Negosiasi dan persetujuan. Strategi
ini menyarankan agar pengambilan inisiatif perubahan menyesuaikan perubahan
dengan kebutuhan atau kepentingan para individu yang menolak perubahan. Oleh
sebab itu perlu dilakukan negosiasi dan persetujuan dengan para individu yang
menolak perubahan, misalnya dengan serikat pekerja.
5.
Manipulasi dan kooptasi. Manipulasi
adalah upaya terselubung untuk mempengaruhi orang lain. Manipulasi sering
dilakukan dengan cara-cara yang melanggar etika, dengan memutarbalikan fakta
sehingga yang terjadi digambarkan sedemikian rupa agar menarik, tidak
menyampaikan informasi yang tidak diinginkan pihak lain, dan menyebarkan
desas-desus sedemikian rupa sehingga para anggota organisasi bersedia menerima
perubahan. Misalnya para manajer mengancam akan melakukan pemutusan hubungan
kerja jika karyawan tidak bersedia menerima kebijakan kompensasi perusahaan.
Apabila ancaman PHK ini ternyata tidak benar, maka yang terjadi adalah
manipulasi. Kooptasi merupakan strategi gabungan antara manipulasi dan
partisipasi. Kooptasi dilakukan dengan cara melibatkan kelompok “pembangkang”
dakam proses penambilan keputusan untuk mendapatkan dukungan.
6.
Menciptakan organisasi pembelajaran.
Organisasi pembelajaran merupakan organisasi yang memiliki kapasitas,
ketangguhan, dan fleksibilitas untuk berubah. Dalam organisasi pembelajaran
ini, para anggota organisasi membagi ide, membuat rekomendasi, dan
berpartisipasi secara sukarela di dalam perubahan dari awal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perubahan terencana merupakan
istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin, untuk membedakan
perubahan yang disengaja digerakkan dan direncanakan organisasi dengan
perubahan yang berlangsung tidak disengaja.Menurut Greenberg dan Baron (1997), terdapat
beberapa faktor yang merupakan kekuatan dibelakang kebutuhan akan perubahan.
Perubahan terencana adalah aktivitas yang dimaksudkan dan diarahkan dalam sifat
dan desainnya untuk memenuhi tujuan organisasi.
Rosyid (2009) menyatakan, tahap
perubahan dan proses perubahan terencana yang menyertai sebagai berikut: Fase eskploratif, Fase perencanaan, Fase
tindakan, Fase integrasi. Kekuatan-kekuatan
untuk melakukan perubahan dapat berasal dari dua sumber, yakni sumber internal
dan sumber eksternal (Kreitner dan Kinicki, 2005).
Faktor- faktor penyebab perubahan
antara lain: teknologi, sumber daya manusia, ekonomi, persaingan, regulasi,
politik. Pendekatan-pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengelola perubahan terdiri dari:
1.
Mengelola perubahan melalui penggunaan kekuasaan.
2.
Mengelola
perubahan melalui alasan.
3.
Mengelola perubahan melalui
pendidikan kembali.
Leavitt (1964), menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pendekatan
struktur, pendekatan teknologi, dan pendekatan orang-orangnya. Pendekatan struktur
adalah yang menyangkut aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi yang
misalnya: desentralisasi, tanggung jawab jabatan, garis wewenang yang tepat,
penciptaan pembagian kerja dan lain-lain.
Sasaran
utama perubahan dalam organisasi terdiri dari perubahan sikap dan keterampilan
kerja, perubahan peran kerja, teknologi dan strategi kompetitif.
1.
Perubahan
sikap dan keterampilan kerja.
2.
Perubahan
peran kerja.
3.
Teknologi.
4.
Strategi
kompetitif.
Penolakan
terhadap perubahan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penolakan individu dan
penolakan organisasi. individu menolak karena:
1.
Takut
kehilangan posisi, status, kekuasaan, kewenangan, dan kualitas hidup.
2.
Ancaman
ekonomi, yaitu hilangnya pendapatan dan pekerjaan.
3.
Ancaman
terjadinya perubahan hubungan pertemanan, interaksi dan rutinitas.
Ada sejumlah strategi yang dapat
digunakan untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan, yaitu:
1.
Pendidikan dan komunikasi.
2.
Partisipasi dan keterlibatan.
3.
Negosiasi dan persetujuan.
4.
Manipulasi dan kooptasi.
5.
Menciptakan organisasi dan
pembelajaran.
B.
SARAN
Dengan makalah
ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami tentang arti penting perubahan
organisasi di dalam kehidupan berorganisasi.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat lebih baik lagi dalam membuat makalah kedepannya.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat lebih baik lagi dalam membuat makalah kedepannya.
Daftar Pustaka
Hermanus
Yuanita, 2012. Manajemen Perubahan. http://yhermans.blogspot.com/2012/12/makalah-manajemen-perubahan-dan.html/
(diunduh 26 Nopember 2013).
TN,
2010. Perubahan Terencana. http://catatankuliahs2ku.blogspot.com/2010/11/perubahan-terencana.html/
(diunduh 26 Nopember 2013).
Fattah
Nanang, 2010. Manajemen Perubahan dan
Transformasi Perguruan Tinggi dalam
Menghadapi Globalisasi. http://nanangfattah.wordpress.com/2010/10/06/manajemen-perubahan-dan-transformasi-perguruan-tinggi-dalam-menghadapi-globalisasi/
(diunduh 26 Nopember 2013).
2 komentar:
izin copas gan buat tugas..
sukses selalu....
The Casino Review & Bonus Codes 2021
A comprehensive review 탱글다희 영구정지 of the The 맥스벳 Casino Canada website that looks at their games, promotions, latest bonuses, and free spins codes.Is 먹튀 사이트 조회 The Casino mobile secure and secure?Can I win real money on The 실시간 바카라사이트 Casino Canada? 벳 익스플로 어
Posting Komentar